Minggu, 26 Januari 2014

UJI COBA TEBANGAN KAYU PERHUTANAN KLON JATI (JPP) DAN TRUBUSANNYA


(Studi Khasus Petak 61a BKPH Kedunggalar KPH Ngawi)

Oleh:
Aris Wibowo, Sutijasno, Urip Indera Nurvana, Widodo, Arga Pramudhita dan Sahri

A.      Pendahuluan
Budidaya tanaman jati dengan stek pucuk  dimulai tahun1997 dan dikembangkan secara luas/massal mulai  tahun 2007 sampai tahun 2013 seluas 62.000 ha, sedangkan yang dilaksanakan Puslitbang Perhutani seluas 446,7 ha. Salah satu Jati Plus Perhutani (JPP) yang dikembangkan dengan stek pucuk yaitu klon JPP PHT I dan  PHT II yang diperoleh melalui serangkaian program pemuliaan jati. Saat ini Perhutani memiliki kebun pangkas PHT I dan PHT II seluas 36,6 ha yang tersebar di Unit I, II dan III. Potensi kebun pangkas dapat menghasilkan bibit stek pucuk siap tanam 30 juta/tahun. Klon JPP PHT I dan PHT II telah mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman dari Departemen Pertanian tahun 2009. Selain JPP PHT I dan PHT II, diharapkan tahun-tahun berikutnya ditemukan PHT-PHT yang lain.

                  Gambar 1. Menteri Kehutanan Mengunjungi Pameran Klon Unggul JPP

Uji coba penanaman JPP PHT I dan PHT II dilakukan di Petak 61 a KPH Ngawi Februari 2004 dengan menerapkan silvikultur intensif. Upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas produk tersebut dilakukan dengan memadukan antara penggunaan bibit unggul (klon PHT I dan PHT II) dengan memanipulasi lingkungan seoptimal mungkin dan perlindungan, hal ini yang disebut silvikultur intensif.

                 Grafik 2. Ketebalan tanah terhadap Pertumbuhan jati JPP PHT I dan PHT II

 Ketebalan tanah memberikan pertumbuhan tanaman JPP yang berbeda, semakin tebal tanah semakin tinggi pertumbuhan tanaman. (Grafik 1).
Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 30 cm,  pemberian 3 kg pupuk kandang setiap lubang 1 bulan sebelum tanam. pemberian pupuk Nitrogen 1 bulan setelah tanam dengan urea dosis 50 gr/pohon dan kemudian dilakukan pemupukan Nitrogen dua (2) kali setiap sampai umur 5 tahun dengan urea dosis 100 gr/pohon.
Gangguan yang disengaja seperti wiwil daun dapat menghambat  pertumbuhan tinggi tanaman sampai 67 %. Pruning/wiwil cabang hanya boleh dilakukan sepertiga dari tinggi total. Kebakaran hutan tidak mematikan tanaman jati tetapi akan menghambat pertumbuhan diameter sekitar 1-2 cm/tahun pada jati umur 4 tahun.

B.       Uji Coba Tebangan JPP asal stek pucuk
Uji coba tebangan JPP  asal stek pucuk umur 9 tahun dilakukan di KPH Ngawi seluas 2 ha. Pelaksanaan tebangan dilakukan pada bulan April 2013 – Mei 2013.
Hasil uji coba tebangan JPP asal stek pucuk seluas 2 ha (sebanyak 1193 pohon)  diperoleh 301 m3 atau 150,5 m3/ha, dan disisakan 50 pohon (sekitar 12,5 m3 atau 6,25 m3/ha) sebagai tegakan tinggal. Riap volume pada petak 61a BKPH Kedunggalar sebesar 17,4 m3/ha/th. Setiap hektar (ha) tegakan yang ditinggalkan sebanyak 25 pohon yang akan ditebang sampai kurun waktu tertentu, terhadap tonggak sisa tebangan dilakukan pemeliharaan trubusannya (Suwarno, press.com. 2013). Hasil tebangan seperti Tabel 1.
 
Tabel 1. Hasil tebangan JPP asal stek pucuk PHT I dan PHT II umur 9 tahun dalam satu hektar (1 Ha).
Umur
(th)
Jumlah Pohon
(N/Ha)
Average diameter
(Cm)
MAI
(M3/Th)
Total
(M3/Ha)
NPV
(Rp)
IRR
(%)
BCR *)

9
597
23,1
17,4
156,75
106.008.240
17
1,86

C. Uji Coba Trubusan JPP Asal Stek Pucuk di Petak 61 a, KPH Ngawi.
                                                      Gambar 3 dan 4 Trubusan klon unggul umur 8 bulan
 
Hasil pertumbuhan trubusan diperoleh prosen tumbuh 91,6% dengan tinggi rerata 270 cm umur 8 bulan. Hasil Uji coba dengan tonggak yang ditutup dengan plastik dan tonggak tidak ditutup tidak menunjukkan perbedaan. Pemeliharaan selama 8 bulan meliputi pendangiran dan penunggalan tunas yang tumbuh baik. Pertumbuhan trubusan  yang cukup baik ini disebabkan oleh: a) faktor genetik bibit, semula tonggak berasal dari klon unggul PHT I dan PHT II. b). faktor lingkungan, yaitu kedalaman solum pada lokasi tersebut lebih 40 cm dan curah hujan sampai bulan Juli 2013 yang cukup tinggi, serta juga disebabkan oleh sistem perakaran yang sudah stabil sehingga penyerapan air dan unsur hara oleh akar lebih baik.

Penutup
Budidaya tanaman jati dengan stek pucuk JPP PHT I dan PHT II umur 9 tahun dan dapat menginspirasi bahwa sekali penanaman akan dapat menghasilkan berkali-kali rotasi tebangan dari trubusan tonggak yang dipelihara.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
Tim Pemuliaan Pohon Fakultas Kehutanan UGM (alm.Prof Dr. Oemi H.Soeseno, Prof Dr. M. Na’iem dan Dr. Eko Bhakti Hardiyanto) sebagai inisiasi pertama penelitian kebun pangkas, stek pucuk dan uji klon jati di Perum Perhutani dalam rangka mewujudkan perhutanan klon jati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar