KLON UNGGUL JATI JPP PHT 3 DAN PHT 4
OLEH ARIS WIBOWO
A.
Latar Belakang
Benih
merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan hutan. Penggunaan benih
unggul dapat
meningkatkan produktivitas dan
kualitas tegakan.
Mengingat
pentingnya penggunaan benih unggul, pada tahun 1981 Perum Perhutani menyusun
program pemuliaan pohon jati. Metode pemuliaan yang ditempuh adalah penunjukkan
Areal Produksi Benih (APB), pemilihan pohon plus, uji provenans, uji keturunan,
Kebun Benih Klon (KBK) dan bank klon.
Untuk mewadahi
penelitian dan pengembangan jati pada tahun 1998 didirikan Pusat Jati (Teack
Center) di Cepu, sekarang menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani (Puslitbang Perhutani). Kegiatan di
Puslitbang Perhutani meliputi pemuliaan pohon, bioteknologi hutan, silvikultur, manajemen dan lingkungan.
Diantara produk
Puslitbang yaitu benih unggul dari sumber benih hasil pemuliaan pohon seperti
KBK jati, kebun pangkas jati, Kebun Benih Semai (KBS) pinus, KBS kayu putih dan
kebun pangkas kayu putih. Benih unggul untuk membangun tanaman hutan di dalam
maupun di luar kawasan Perhutani.
Produk berupa
benih atau bibit asal vegetatif dari hasil program pemuliaan jati diberi nama Jati Plus Perhutani (JPP). Produksi
benih JPP KBK rata-rata 20 ton/tahun. Produksi bibit stek klon unggul JPP : PHT
I dan PHT II tiap tahun sekitar 30 juta plances.
Kegiatan
pemuliaan jati terus dilakukan untuk mencari individu-individu baru yang lebih
unggul.
B.
Klon Unggul Baru
Jati Plus Perhutani (JPP)
|
Tahun 1997 s.d 1998 dilakukan uji keturunan jati asal benih dari pohon plus
Jawa dan luar Jawa. Tahun 2007 dilakukan evaluasi terhadap uji keturunan jati dan diseleksi 10-15 % individu-famili terbaik
sebagai pohon elite. Hasil seleksi
diperoleh 100 pohon elite dan 25 individu hasil seleksi diluar uji keturunan
sehingga total diperoleh 125 pohon elite.
Pohon-pohon elite yang terpilih kemudian diambil materi
vegetatifnya (bud grafting) untuk kebun pangkasan sebagai bahan penghasil stek pucuk. Hasil uji perakaran stek pucuk dari
125 klon yang mampu berakar dengan baik sebanyak 120 klon. Bibit stek pucuk
kemudian dilakukan pengujian di lapangan yang disebut uji klon.
Hasil evaluasi
uji klon di lapangan dari 120 klon diperoleh 2 klon unggul, kemudian dibuat kebun pangkas terseleksi yang berisi 2
klon unggul. Dua (2) klon unggul
tersebut kemudian dinamakan JPP : PHT 3 dan PHT 4. Skema Pemuliaan JPP : PHT 3 dan PHT 4 seperti Gb. 1.
Gb.1. Skema Pemuliaan JPP : PHT 3 dan PHT 4.
Klon JPP : PHT
3 dan PHT 4 bersama klon unggul yang lain kemudiaan dilakukan pengujian
interaksi genetik dan lingkungan diberbagai lokasi.
Selain
mendapatkan klon unggul baru, juga untuk menambah variasi genetik terhadap
klon-klon unggul yang telah dikembangkan.
C. Keunggulan Klon PHT 3 dan PHT 4.
Hasil pengamatan
menunjukan:
1)
Indukan PHT 3 berasal dari luar Jawa dan indukan PHT 4 berasal
dari Jawa yang tumbuh adaptif pada Bonita 2.
Bibit
|
Volume/ha
N=880 phn/ha
|
Riap Volume
Ha/th
|
PHT 3
|
43
|
10,75
|
PHT 4
|
41
|
10,25
|
Lokal
|
24
|
6
|
2) Hasil Pengukuran pada uji klon, PHT 3 dan PHT 4 pada umur 4 tahun diperoleh keliling rata-rata 45 cm, tinggi 13 meter dan dengan keliling terbesar 51 cm.
3)
PHT 3 dan PHT 4
dibandingkan dengan jati lokal yang ditanam
pada lokasi dan umur 4 tahun seperti Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan antara klon
PHT 3, PHT 4 dengan lokal.
4)
Hasil uji kualita kayu indukan PHT 4 berserat panjang dan
keteguhan tekan serat sejajar stabil diberbagai lokasi uji.
D. Strategi Pengembangan
1)
Pembangunan kebun–kebun pangkas
terseleksi JPP : PHT 3 dan PHT 4 di
wilayah Perhutani.
2)
Membangun perhutanan klon dari
materi bibit klon unggul yang telah diperoleh.
3)
Melakukan kajian terus menerus
untuk memperbaiki pola silvikultur untuk meningkatkan produktivitas.
|
OLEH : ARIS WIBOWO
PUSLITBANG
PERHUTANI
2013