Selasa, 30 Desember 2014

BUDIDAYA KAYU PUTIH UNGGUL


BUDIDAYA KAYU PUTIH HASIL PEMULIAAN 

Oleh : Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto

ABSTRAK
Tanaman kayu putih di pulau Jawa mencapai luasan lebih dari 24.000 ha, dengan produksi tahunan mencapai sekitar 300 ton MKP. Perum Perhutani mengelola kayu putih seluas 17.826,1 ha yang terdapat di beberapa wilayah KPH yaitu :  KPH Gundih, KPH Telawa, KPH Banyumas Barat, KPH Surakarta, KPH Madiun, KPH Pasuruan, KPH Mojokerto, KPH Tuban, KPH Madura, KPH Nganjuk, KPH Indramayu, KPH Purwakarta dan KPH Kuningan.
Produksi daun kayu putih Perhutani pada tahun 2011 di Perum Perhutani sebesar 37.310 ton dan diperoleh MKP sebesar  265.706  kg,  sehingga secara umum rata-rata  rendemen MKP 0,71 % (Statistik Perum perhutani, 2011).
Salah satu upaya meningkatkan produksi kayu putih di Perum Perhutani adalah melalui program pemuliaan pohon. Rangkaian kegiatan pemuliaan pohon perlu dilakukan evaluasi untuk mendapatkan  strategis selanjutnya.
Dari  Program pemuliaan kayu putih yang dilakukan dan pencapaiannya adalah sebagai berikut :
1.      Produksi benih kayu putih dari Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) untuk tanaman rutin di KPH sejak tahun 2007 sebanyak 6 kg/tahun. Mulai tahun 2012 dipilih individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol di atas 50 %.
2.      Hasil uji klon diperoleh biomasa pada pemangkasan pertama mendapatkan 12-19  kg daun kayu putih pada umur 2,5 tahun.
3.      Penggunaan klon unggul akan meningkatkan produksi biomasa daun kayu putih, rendemen sehingga produksi minyak kayu putih tiap hektarnya (contoh jarak tanam 3 x 3 m) meningkat dari 45,4 kg mkp menjadi 165 mkp.

kata kunci : kayu putih unggul, Perhutani.

I.     Pendahuluan
Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi subsp cajuputi merupakan sumber bahan baku industri minyak kayu putih (MKP) di Indonesia. Tanaman kayu putih yang ada di pulau Jawa, yaitu M. cajuputi subsp.cajuputi diduga berasal dari benih yang didatangkan oleh penjajah Belanda dari P. Buru pada abad 18 (Gun dkk.1996).
Tanaman kayu putih di pulau Jawa mencapai luasan lebih dari 24.000 ha, dengan produksi tahunan mencapai 300 ton MKP. Perum Perhutani mengelola kayu putih seluas 17.826,1 ha yang terdapat di beberapa wilayah KPH yaitu :  KPH Gundih, KPH Telawa, KPH Banyumas Barat, KPH Surakarta, KPH Madiun, KPH Pasuruan, KPH Mojokerto, KPH Tuban, KPH Madura, KPH Nganjuk, KPH Indramayu, KPH Purwakarta dan KPH Kuningan.
Produksi daun kayu putih Perhutani pada tahun 2011 di Perum Perhutani sebesar 37.310 ton dan diperoleh MKP sebesar  265.706  kg,  sehingga secara umum rata-rata  rendemen MKP 0,71 % (Statistik Perum perhutani, 2011). Kebutuhan nasional MKP sebesar 1.500 ton, sedangkan produksi MKP di Indonesia sekitar 300 ton, kekurangan produksi MKP tersebut dipenuhi melalui import yang sebagian besar dari Cina (Anto Rimbawanto, komunikasi pribadi, 2014).
Salah satu upaya meningkatkan produksi kayu putih di Perum Perhutani adalah melalui program pemuliaan pohon. Rangkaian kegiatan pemuliaan pohon perlu dilakukan evaluasi untuk mendapatkan  strategis selanjutnya.
Program pemuliaan pohon kayu putih di Perum Perhutani dirintis bekerjasama Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Yogyakarta pada tahun 2000 dengan membangun Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) di Madiun, Gundih dan Cepu.

II. Strategi pemuliaan kayu putih
Strategi pemuliaan kayu putih yang telah dimulai secara kontinyu tahun 2000 dengan tujuan akhir adalah peningkatan produktivitas hutan kayu putih. Kegiatan pemuliaan pohon memerlukan waktu yang lama sehingga setiap periodik perlu dilakukan evaluasi dan monitoring untuk menyimpulkan (hasil sementara) dan langkah strategis selanjutnya.
Mengingat pemuliaan pohon perlu waktu yang panjang, untuk mempercepat memperoleh hasil pemuliaan maka rencana kegiatan pemuliaan pohon dibagi menjadi 3  yaitu  rencana jangka pendek, rencana jangka pmenegah dan rencana jangka panjang.
1.        Rencana Jangka Pendek.
Kegiatan jangka pendek untuk mempercepat program pemuliaan kayu putih yaitu:
-       Memanfaatkan benih/bibit berasal dari : KBUK Madiun-Cepu, KBK, dan kebun pangkas.
-       Membuat demplot berbagai asal sumber benih yaitu sumber benih dari Puslitbang (KBK, KBUK, dan Kebun Pangkas ) dan sumber benih dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Purwobinangun (KBUK full-sib, KBK, KBUK F2,KBUK  F1 Paliyan).

2.        Rencana Jangka Menengah.
Kegiatan jangka menengah untuk mempercepat program pemuliaan kayu putih yaitu membuat kebun benih produksi. Pembangunan ini dilakukan setelah diketahui sumber benih yang terbaik dari demplot sumber benih pada rencana jangka pendek.

3.        Rencana Jangka Panjang.
Kegiatan jangka panjang untuk mempercepat program pemuliaan kayu putih yaitu penyerbukan terkendali, uji keturunan full-sib, KBK terseleksi, kebun pangkas dan infusi genetik.

III. Hasil Pemuliaan Kayu Putih
1.    Distribusi benih unggul untuk tanaman rutin kayu putih
Distribusi benih kayu putih dari Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) untuk tanaman rutin di KPH sejak tahun 2007 sebanyak 6 kg/tahun.
Strategi untuk pengunduhan benih kayu putih mulai tahun 2012 dipilih individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol di atas 50 %.
2.    Kebun Pangkas Kayu Putih
Kebun pangkas dibangun untuk menyediakan bahan stek pucuk. Pembangunan kebun pangkas kayu putih diarahkan pada individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 %. Indukan untuk kebun pangkas sebanyak 84 klon terpilih.
3.    Kebun Benih Klonal (KBK)
Pembangunan KBK menggunakan materi genetik yang berasal dari bagian vegetatif (stek pucuk) individu-individu terseleksi dari KBUK. Pada tahun 2015 diperkirakan sudah mulai produksi benih dari KBK.

4.    Uji Klon
Uji klon untuk menguji klon-klon untuk mendapatkan rendemen MKP dan kadar cineol tinggi. Hasil uji klon diperoleh biomasa pada pemangkasan pertama mendapatkan 12-19  kg daun kayu putih pada umur 2,5 tahun.

5.    Produksi bibit stek pucuk klon unggul kayu putih
-          Tahun 2013 telah memproduksi stek pucuk kayu putih sebanyak 40.000 plances.
-          Tahun 2014 direncanakan memproduksi stek pucuk kayu putih sebanyak 65.000 plances, dan bila dioptimalkan dapat mencapai 120.000 plances.
-          Tahun 2015 dapat memproduksi stek pucuk kayu putih sebanyak 500.000 plances.


6.    Perhutanan Klon
Penerapan hasil uji (genetika, lingkungan, silvikultur, dan sosial ekonomi masyarakat) sehingga diharapkan menghasilkan hutan yang produktif.

IV. PENANAMAN KAYU PUTIH SKALA OPERASIONAL

1.    Pembangunan kebun pangkas di KPH-KPH
Klon kayu putih yang akan dikembangkan untuk kebun pangkas yaitu klon dengan biomasa pangkas pertama di atas 12 kg, rendemen di atas 1,0 %.
Setiap kebun pangkas akan ditanam 7-25 klon terbaik, setiap klon 50 ramet.

2.    Penanaman kayu putih unggul
Penanaman rutin KPH saat ini menggunakan benih dari KBUK, namun setelah KBK dan kebun pangkas sudah produksi dapat digunakan sebagai sumber benih.

3.    Analisa produksi klon kayu putih.
Analisa produksi daun kayu putih diambil dari dua sumber materi yaitu dari plot perhutanan klon kayu putih dan tanaman rutin KPH Mojokerto. Hasil uji biomassa daun kayu putih pada perhutanan klon umur 2,5 tahun dimana bibitnya berasal dari stek pucuk, pada pemanenan pertama rata-rata 15 kg/pohon sedangkan tanaman rutin KPH berasal dari bibit local (benih sembarang) sebesar 7 kg/pohon. Hasil uji rendemen minyak kayu putih asal klon unggul sebesar 1% dan asal lokal sebesar 0,59 %. Untuk mengetahui besarnya perolehan daun kayu putih sebagaimana tersaji dalam tabel 1.









Tabel 1. Perbandingan produksi minyak kayu putih antara bibit dari stek pucuk klon unggul dan benih sembarang.
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan klon unggul akan meningkatkan produksi biomasa daun kayu putih, rendemen sehingga produksi minyak kayu putih tiap hektarnya meningkat dari 45,4 kg mkp menjadi 165 mkp.

Kesimpulan
Hasil yang dicapai program pemuliaan kayu putih di Perhutani adalah :
1.        Produksi benih kayu putih dari Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) untuk tanaman rutin di KPH sejak tahun 2007 sebanyak 6 kg/tahun. Mulai tahun 2012 dipilih individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol di atas 50 %.
2.        Hasil uji klon diperoleh biomasa pada pemangkasan pertama mendapatkan 12-19  kg daun kayu putih pada umur 2,5 tahun.
3.        Penggunaan klon unggul akan meningkatkan produksi biomasa daun kayu putih, rendemen sehingga produksi minyak kayu putih tiap hektarnya (contoh jarak tanam 3 x 3 m) meningkat dari 45,4 kg mkp menjadi 165 mkp.

Senin, 14 Juli 2014

murai batu medan ekor 23 cm

 Anakan murai batu medan (ring Aris Cepu) umur 18 hari sudah mulai ngeriwik keras (latihan bernyanyi). indukan betina dari trah jawara.

Salah satu ciri anakan trah bagus bintik kuning disayap sangat jelas, mata melotot, kaki kekar tidak harus hitam. 




Kamis, 10 April 2014

Anakan Murai batu Medan Ekor panjang


Anakan mura batu medan umur 11 hari (ring Aris cepu), dari kandang 2, Aris Wibowo Cepu, 08122716607. indukan murai dari trah jawara.

Selasa, 04 Februari 2014

PENGARUH POSISI AKAR TANAMAN JATI BERDASARKAN ARAH MATA ANGIN TERHADAP KEMAMPUAN MENYERAP AIR UNTUK APLIKASI PEMUPUKAN

Oleh : Aris Wibowo dan Wahyu Setyawan



Ringkasan
Akar tanaman dapat berupa akar tunggang atau akar serabut dengan penyebaran yang berbeda-beda. Sifat-sifat akar akan menentukan cara penempatan pupuk maupun jumlah pupuk yang diberikan. Pemupukan anorganik (nitrogen) dapat efektif dan efisien apabila pemberiannya sesuai fungsi kebutuhan tanaman yaitu untuk produksi buah (generatif) atau pertumbuhan (vegetatif), sifat tanah, penempatan dan waktu yang tepat saat pemupukan. Kebutuhan pupuk nitrogen (urea) oleh tanaman berbeda-beda dan tergantung pada hasil yang diinginkan.
Tujuan penelitian: mengetahui kemampuan akar menyerap air, mengetahui posisi arah akar (berdasarkan arah mata angin) terhadap penyerapan air dan pupuk, mengetahui dosis pupuk urea terbaik  dan aplikasi untuk kegiatan pemupukan.
        Hasil Penelitian: Arah mata angin berpengaruh nyata (taraf uji 5%) terhadap kemampuan akar menyerap air,posisi akar sebelah timur pohon mampu menyerap air terbanyak yaitu 223 ml/5 hari, kearah barat pohon sebanyak 157,5 ml/5 hari dan kearah selatan dan utara pohon  hanya 7,6 ml/5 hari. Pemberian pupuk berdasarkan arah mata angin, dosis pupuk dan interaksinya  berbeda nyata pada taraf uji 5%, pemberian pupuk pada dua titik yaitu posisi sebelah barat-timur pohon memberikan peningkatan pertambahan keliling tanaman jati sebesar 5,25 cm, sedangkan pada satu titik sebelah timur pertambahan keliling sebesar 4,5 cm dan kontrol 1 cm. Pemberian pupuk sebesar 200 gr, 100 gr dan kontrol meningkatkan pertambahan keliling sebasar 3,2 cm; 3,1 cm dan 1 cm. Interaksi antara posisi pemupukan dan dosis pupuk diperoleh posisi dua titik  barat-timur pohon dengan dosis 200 gr meningkatkan pertumbuhan keliling pohon sebesar 7 cm selama 6 bulan. Aplikasi untuk pemupukan bahwa pemberian pupuk lebih baik dibuatkan lubang tanam dua titik yaitu sebelah barat-timur pohon dengan dosis 200 gr.


1. Pendahuluan
Penyusun utama tanah terdiri atas empat (4) bahan yaitu mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut mempunyai jumlah yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Menurut Harjowigeno (1987), guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai unsur hara tanaman, sebagai pelarut unsur hara dan sebagai bagian dari sel-sel tanaman, serta membantu reaksi-reaksi kimia.
Tanaman menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melalui stomata daun dalam proses fotosintesa. Unsur hara H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman (Harjowigeno, 1987). Unsur-unsur hara dapat tersedia disekitar akar tanaman dapat  melalui aliran massa, difusi dan intersepsi akar. Jumlah unsur yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tanaman berbeda untuk setiap jenis tanaman maupun untuk jenis tanaman yang sama tetapi tingkat produksi berbeda.
Faktor–faktor yang mempengaruhi fotosintesis yaitu posisi daun, morfologi daun (ukuran daun), intensitas cahaya matahari (Fitter dan Hay, 1981), serta daun ternaungi akan mempunyai hambatan klorofil (Shirly, 1929: dalam Fitter dan Hay, 1981). Akar tanaman dapat berupa akar tunggang atau akar serabut dengan penyebaran yang berbeda-beda. Sifat-sifat akar akan menentukan cara penempatan pupuk maupun jumlah pupuk yang diberikan (Harjowigeno, 1987). Fungsi Akar adalah memperkuat berdirinya tumbuhan, untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan, kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Adanya jarak antara akar dan kanopi (daun) yang tinggi pada tanaman hutan, maka daun dirancang tidak hanya untuk dapat memanfaatkan air secara efisien tetapi juga meneruskan pertumbuhan dan asimilasi pada keadaan potensial air yang rendah, serta pohon dengan sistem vaskular akan menyampaikan air secara cepat dan secara preferensial ke bagian kanopi yang paling aktif (Fitter dan Hay, 1981).
Pemupukan anorganik (nitrogen) dapat efektif dan efisien apabila pemberiannya sesuai fungsi kebutuhan tanaman yaitu untuk produksi buah (generatif) atau pertumbuhan (vegetatif), sifat tanah, penempatan dan waktu yang tepat saat pemupukan. Kebutuhan pupuk nitrogen (urea) oleh tanaman berbeda-beda dan tergantung pada hasil yang diinginkan.

II. Tujuan Penelitian
  1. Mengetahui kemampuan akar menyerap air.
  2. Mengetahui posisi arah akar (berdasarkan arah mata angin) terhadap penyerapan air dan pupuk.
  3. Mengetahui dosis pupuk urea terbaik
  4. aplikasi untuk kegiatan pemupukan.
III.   Metoda Penelitian
1.     Waktu dan Tempat Penelitian
 Penelitian pengaruh arah posisi akar terhadap penyerapan air dan pupuk dilakukan pada tahun 2007. lokasi penelitian di Petak 49 a, BKPH Bantarsari, KPH Pemalang pada tanaman jati JPP umur 3 tahun.
2.     Cara kerja
a.     pengaruh posisi akar berdasarkan arah mata angin:
-       Menentukan pohon yang akan diberi perlakuan, kemudian tanah disekitar  pohon tersebut didangir dan mencari akar yang arahnya sesuai perlakuan yaitu mata angin (utara, timur, selatan dan barat).
-       Setelah didapatkan akar dengan diameter sekitar 0,3-0,5 cm dan sesuai arah mata angin, kemudian  pada bagian ujung akar dimasukkan ke botol sampai pada bagian dasar botol, kemudian botol diisi air 500 ml.
-       Setelah akar masuk ke dalam botol yang berisi air, botol dibenamkan dalam tanah dengan posisi agak miring, botol ditutup dengan seresah untuk menghindari penguapan.
b.  pengaruh penempatan pupuk  berdasarkan arah mata angin:
-       Menentukan pohon yang akan diberi perlakuan, kemudian tanah disekitar  pohon tersebut didangir dan kemudian membuat lubang pupuk sedalam 10 cm berjarak 0,5 m sesuai perlakuan yaitu utara, timur, selatan dan barat dan dipupuk dengan urea 100 gr, 200 per pohon, utara-selatan (50-50 gr, 100-100 gr) dan timur-barat (50-50 gr, 100-100 gr), kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah.

3.  Rancangan Percobaan
Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a.     Penelitian menentukan pengaruh arah posisi akar terhadap penyerapan air.
Perlakuan meliputi 4 perlakuan arah akar (utara, selatan, timur dan barat). Setiap perlakuan diulang 10 ulangan, rancangan percobaan dengan CRD (Complitely Randomized Design).
Pengukuran dilakukan setiap 5 hari sekali dengan mengukur jumlah air yang terserap oleh akar. Kemudian data dianalisa dibantu Genstat 5 release3.2, selanjutnya dilakukan uji LSD.
b.    Penelitian menentukan pengaruh arah posisi akar terhadap penyerapan pupuk.
Perlakuan meliputi 7 perlakuan arah akar (utara, selatan, timur, barat, utara-selatan, timur-barat) pohon. Setiap perlakuan diulang 10 ulangan, rancangan percobaan dengan CRD (Complitely Randomized Design).
Data yang diambil adalah keliling pohon. Pengukuran dilakukan sebelum dilakukan pemupukan dan setiap satu (2) bulan sekali selama 6 bulan. Kemudian data dianalisa dengan bantuan program Genstat 5 release3.2, selanjutnya dilakukan uji LSD.

IV.   Hasil dan Pembahasan
A.    Pengaruh Penyerapan Air Berdasarkan Arah Mata Angin
Setelah dilakukan pengukuran, data kemudian dianalisa. Dari hasil analisis varian menunjukkan bahwa arah akar berdasarkan arah mata angin berpengaruh nyata terhadap kemampuan akar  menyerap air pada tanaman jati (Tabel 1), adanya perbedaan yang nyata kemudian dilakukan uji LSD (Tabel 2).
Tabel 1.  Analisa varian kemampuan akar menyerap air berdasarkan arah mata angin

 Sumber Variasi
df
Jumlah Kuadrat
Rerata Kuadrat
F
Fpr
Perlakuan
3
364837.1  
121612.4 
559.65 
<,001
Error
36
7822.8     
217.3


Total
39
372659.9



Tabel 2. Hasil Uji Lanjutan kemampuan akar menyerap air berdasarkan arah mata angin

Perlakuan
Uji Beda Nyata  (5%)
Selatan
7,6 a
Utara
7,6 a
Barat
157,5 b
Timur
223 c
Keterangan: nilai LSD 13,7, cv: 14,8%
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan posisi akar dalam menyerap air berdasarkan arah mata angin sangat berbeda nyata pada taraf uji 5%.  Posisi satu akar yang mengarah ke timur  mampu menyerap air sebanyak 223 ml/5 hari, akar kearah barat sebanyak 157,5 ml/5 hari dan kerah selatan dan utara hanya 7,6 ml/5 hari. Hal ini disebabkan bahwa proses fotosintesis pada tanaman jati paling efektif pada daun sebelah timur dan barat, serta sesuai sifat tumbuh tanaman jati yang perlu mendapatkan cahaya penuh. Secara fisiologis, cahaya  matahari mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung melalui proses fotosintesa dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Grafik 1. Pengaruh posisi akar terhadap kemampuan menyerap air.
Akibat penaungan pada tanaman dapat menyebabkan respon yang berbalik terhadap proses fotosintesis (Fitter dan Hay, 1981), sehingga pada daun disebelah utara dan selatan serta  pada daun-daun yang ternaungi akan mendapatkan respon  sinar matahari yang lebih kecil dibandingkan daun disebelah timur dan barat.  Menurut Fitter dan Hay (1981), antara daun yang ternaungi dan tanpa ternaungi akan memberikan respon aktivitas ribolase bipospate carboxsilase yang berbeda.
Oleh karena itu, dengan adanya cahaya matahari yang penuh mengenai tajuk proses fotosintesa berjalan dengan cepat, sehingga penyerapan air dari dalam tanah oleh akar cepat. Hal ini dibuktikan bahwa posisi akar pada sebelah timur dan barat lebih cepat dan lebih banyak menyerap air dari pada posisi akar disebelah utara dan selatan pohon. Dari hasil pengamatan bahkan ada akar pada posisi utara dan selatan pohon ada yang tidak menyerap air selama 5 hari.


B.    Pengaruh Penempatan pupuk Berdasarkan Arah Mata Angin
Hasil pengamatan terhadap pengaruh posisi akar berdasarkan mata angin, dosis pupuk dan interaksinya berbedanya pada taraf uji 5% (Tabel 3), sedangkan hasil uji lanjutan seperti pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 3. Analisa Varian pengaruh posisi pemberian pupuk dan dosis pupuk terhadap pertambahan keliling tanaman jati umur 3 tahun.
Sumber Variasi
df
Jumlah Kuadrat
Rerata Kuadrat
F
Fpr
Arah akar
6
53,93  
8,99 
9,63 
<,001
Dosis pupuk
2
0,167
0,083
0,09
0,915
Arah akar-Dosis pupuk
4
23,33
5,83
6,25
0,004
Error
15
14     
0,93


Total
27
91,4




Tabel 4.  Hasil Uji Lanjutan penempatan pupuk berdasarkan arah akar/posisi akar terhadap pertumbuhan keliling tanaman jati

Arah akar (Posisi akar)
Uji Beda Nyata  (5%)
kontrol
1,0 a
Selatan
2 ab
Barat
    2,16ab
Utara
   2,5 ab
Utara-Selatan
2,7b
Timur
4,5 c
Barat-Timur
  5,25 c

Tabel 5.  Hasil Uji Lanjutan penepengaruh dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan keliling tanaman jati
Dosis pupuk urea
Uji Beda Nyata  (5%)
kontrol
1,0 a
100 gr
3,1b
200 gr
3,2b
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa penempatan pupuk pada arah dua titik yaitu barat dan timur pohon meningkatkan pertambahan keliling tanaman jati terbaik sebesar 5,25 cm, satu titik sebelah timur pohon  4,5 cm, sedangkan kontrol (0) tanpa pemupukan meningkatkan pertambahan kelilin hanya 1 cm.
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea dosis 100 gr dan 200 gr tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata terhadap Kontrol. Pemberian urea 200 gr, 100 gr, kontrol (0) dapat meningkatkan pertambahan keliling sebasar 3,2 cm dan 3,1 cm dan kontrol hanya 1 cm. Dari hasil penelitian sebelumnya bahwa pada umur 4 tahun di KPH ngawi pemberian pupuk urea 200 gr memberikan pertambahan keliling terbaik sebesar 3,4 cm selama 6 bulan (Anonim, 2007).



 

Keterangan; U-S: Utara-Selatan; U: Utara; T: Timur;
  K: Kontrol; B-T: Barat-Timur; B: Barat;
Grafik 2.  Interaksi perlakuan antara posisi pemupukan dengan dosis pupuk

Dari Grafik 2, menunjukkan bahwa interaksi antara arah/posisi pemberian pupuk dua titik sebelah barat-timur pohon dengan dosis pupuk 200 gr memberikan hasil pertambahan keliling terbaik sebesar 7 cm, arah satu titik pada sebelah timur pohon dengan dosis 200 gr pertambahan keliling sebasar 5,5 cm, sedangkan kontrol (0) pertambahan keliling 1 cm. 

V.    Kesimpulan
a.     Arah mata angina (utara, selatan, barat dan timur) berpengaruh nyata terhadap kemampuan akar menyerap air.
b.    Posisi  satu akar sebelah timur pohon mampu menyerap air terbanyak yaitu 223 ml/5 hari, kearah barat sebanyak 157,5 ml/5 hari dan kearah selatan dan utara hanya 7,6 ml/5 hari.
c.     Pemberian pupuk berdasarkan arah mata angin, dosis pupuk dan interaksinya  berbeda nyata pada taraf uji 5%.
d.    Pemberian pupuk pada dua titik yaitu posisi sebelah barat-timur pohon memberikan peningkatan pertambahan keliling tanaman jati sebesar 5,25 cm, sedangkan pada satu titik sebelah timur pohon pertambahan keliling sebesar 4,5 cm dan kontrol 1 cm.
e.     Pemberian pupuk sebesar 200 gr, 100 gr dan kontrol meningkatkan pertambahan keliling sebasar 32, cm; 3,1 cm dan 1 cm.
f.     Interaksi antara posisi pemupukan dan dosis pupuk diperoleh posisi dua titik  barat-timur pohon dengan dosis 200 gr meningkatkan pertumbuhan keliling pohon sebesar 7 cm selama 6 bulan.
g.    Aplikasi untuk pemupukan bahwa pemberian pupuk lebih baik dibuatkan lubang tanam dua titik yaitu sebelah barat-timur pohon dengan dosis 200 gr.

Daftar Pustaka
Anonim, 2007. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Tanaman jati Umur 1,2,3, dan 4 Tahun di Perum Perhutani. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Penelitian Puslitbang Perhutani.
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terj.: Sri Andani dan Purbayanti. Gadjah Mada Press.
Hardjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.