Senin, 11 April 2016

KLON UNGGUL JATI JPP PHT 3 DAN PHT 4


KLON UNGGUL JATI JPP PHT 3 DAN PHT 4
OLEH ARIS WIBOWO

A.       Latar Belakang

         Benih merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan hutan. Penggunaan benih unggul  dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas tegakan.

Mengingat pentingnya penggunaan benih unggul, pada tahun 1981 Perum Perhutani menyusun program pemuliaan pohon jati. Metode pemuliaan yang ditempuh adalah penunjukkan Areal Produksi Benih (APB), pemilihan pohon plus, uji provenans, uji keturunan, Kebun Benih Klon (KBK) dan bank klon.

Untuk mewadahi penelitian dan pengembangan jati pada tahun 1998 didirikan Pusat Jati (Teack  Center) di Cepu, sekarang menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan  Perhutani (Puslitbang Perhutani). Kegiatan di Puslitbang Perhutani meliputi pemuliaan pohon, bioteknologi hutan,  silvikultur, manajemen dan lingkungan.

Diantara produk Puslitbang yaitu benih unggul dari sumber benih hasil pemuliaan pohon seperti KBK jati, kebun pangkas jati, Kebun Benih Semai (KBS) pinus, KBS kayu putih dan kebun pangkas kayu putih. Benih unggul untuk membangun tanaman hutan di dalam maupun  di luar kawasan Perhutani.

Produk berupa benih atau bibit asal vegetatif dari hasil program pemuliaan jati diberi nama Jati Plus Perhutani (JPP). Produksi benih JPP KBK rata-rata 20 ton/tahun. Produksi bibit stek klon unggul JPP : PHT I dan PHT II tiap tahun sekitar 30 juta plances.


Kegiatan pemuliaan jati terus dilakukan untuk mencari individu-individu baru yang lebih unggul.

B.        Klon Unggul Baru Jati Plus Perhutani (JPP)


Kebun pangkas terseleksi
 
Tahun 1997 s.d 1998 dilakukan uji keturunan jati asal benih dari pohon plus Jawa dan luar Jawa. Tahun 2007 dilakukan evaluasi terhadap uji keturunan jati dan diseleksi 10-15 % individu-famili terbaik sebagai pohon elite. Hasil seleksi diperoleh 100 pohon elite dan 25 individu hasil seleksi diluar uji keturunan sehingga total diperoleh 125 pohon elite.

 Pohon-pohon elite yang terpilih kemudian diambil materi vegetatifnya (bud grafting) untuk kebun pangkasan   sebagai bahan penghasil stek pucuk. Hasil uji perakaran stek pucuk dari 125 klon yang mampu berakar dengan baik sebanyak 120 klon. Bibit stek pucuk kemudian dilakukan pengujian di lapangan yang disebut uji klon.

Hasil evaluasi uji klon di lapangan dari 120 klon diperoleh 2 klon unggul, kemudian dibuat kebun pangkas terseleksi yang berisi 2 klon unggul.  Dua (2) klon unggul tersebut kemudian dinamakan JPP : PHT 3 dan PHT 4. Skema Pemuliaan JPP : PHT 3 dan PHT 4 seperti Gb. 1. 

Gb.1. Skema Pemuliaan JPP : PHT 3 dan PHT 4.

Klon JPP : PHT 3 dan PHT 4 bersama klon unggul yang lain kemudiaan dilakukan pengujian interaksi genetik dan lingkungan diberbagai lokasi.

Selain mendapatkan klon unggul baru, juga untuk menambah variasi genetik terhadap klon-klon unggul yang telah dikembangkan.

C.   Keunggulan Klon PHT 3 dan PHT 4.

Hasil pengamatan menunjukan:
1)   Indukan PHT 3 berasal dari luar Jawa dan indukan PHT 4 berasal dari Jawa yang tumbuh adaptif pada Bonita 2.


Bibit
Volume/ha
N=880 phn/ha
Riap Volume
Ha/th
PHT 3
43
10,75
PHT 4
41
10,25
Lokal
24
6







2)   Hasil Pengukuran pada uji klon, PHT 3 dan PHT 4 pada umur 4 tahun diperoleh keliling rata-rata 45 cm, tinggi 13 meter dan dengan keliling terbesar 51 cm.

3)    PHT 3 dan PHT 4 dibandingkan dengan jati lokal yang ditanam  pada lokasi dan umur 4 tahun seperti Tabel 1.

Tabel 1.  Perbandingan antara klon PHT 3, PHT 4 dengan lokal.

4)   Hasil uji kualita kayu indukan PHT 4 berserat panjang dan keteguhan tekan serat sejajar stabil diberbagai lokasi uji.

D.       Strategi Pengembangan

1)   Pembangunan kebun–kebun pangkas terseleksi  JPP : PHT 3 dan PHT 4 di wilayah Perhutani.

2)   Membangun perhutanan klon dari materi bibit klon unggul yang telah diperoleh.

3)   Melakukan kajian terus menerus untuk memperbaiki pola silvikultur untuk meningkatkan produktivitas.



Puslitbang Perhutani
Jl.Wonosari, Batokan, Cepu
Tromol Pos 6, Jawa Tengah.
Telp. 0296.4212.33
 



 OLEH :  ARIS WIBOWO
PUSLITBANG PERHUTANI
2013




Selasa, 30 Desember 2014

BUDIDAYA KAYU PUTIH UNGGUL


BUDIDAYA KAYU PUTIH HASIL PEMULIAAN 

Oleh : Aris Wibowo dan Agus Cahyo Susanto

ABSTRAK
Tanaman kayu putih di pulau Jawa mencapai luasan lebih dari 24.000 ha, dengan produksi tahunan mencapai sekitar 300 ton MKP. Perum Perhutani mengelola kayu putih seluas 17.826,1 ha yang terdapat di beberapa wilayah KPH yaitu :  KPH Gundih, KPH Telawa, KPH Banyumas Barat, KPH Surakarta, KPH Madiun, KPH Pasuruan, KPH Mojokerto, KPH Tuban, KPH Madura, KPH Nganjuk, KPH Indramayu, KPH Purwakarta dan KPH Kuningan.
Produksi daun kayu putih Perhutani pada tahun 2011 di Perum Perhutani sebesar 37.310 ton dan diperoleh MKP sebesar  265.706  kg,  sehingga secara umum rata-rata  rendemen MKP 0,71 % (Statistik Perum perhutani, 2011).
Salah satu upaya meningkatkan produksi kayu putih di Perum Perhutani adalah melalui program pemuliaan pohon. Rangkaian kegiatan pemuliaan pohon perlu dilakukan evaluasi untuk mendapatkan  strategis selanjutnya.
Dari  Program pemuliaan kayu putih yang dilakukan dan pencapaiannya adalah sebagai berikut :
1.      Produksi benih kayu putih dari Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) untuk tanaman rutin di KPH sejak tahun 2007 sebanyak 6 kg/tahun. Mulai tahun 2012 dipilih individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol di atas 50 %.
2.      Hasil uji klon diperoleh biomasa pada pemangkasan pertama mendapatkan 12-19  kg daun kayu putih pada umur 2,5 tahun.
3.      Penggunaan klon unggul akan meningkatkan produksi biomasa daun kayu putih, rendemen sehingga produksi minyak kayu putih tiap hektarnya (contoh jarak tanam 3 x 3 m) meningkat dari 45,4 kg mkp menjadi 165 mkp.

kata kunci : kayu putih unggul, Perhutani.

I.     Pendahuluan
Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi subsp cajuputi merupakan sumber bahan baku industri minyak kayu putih (MKP) di Indonesia. Tanaman kayu putih yang ada di pulau Jawa, yaitu M. cajuputi subsp.cajuputi diduga berasal dari benih yang didatangkan oleh penjajah Belanda dari P. Buru pada abad 18 (Gun dkk.1996).
Tanaman kayu putih di pulau Jawa mencapai luasan lebih dari 24.000 ha, dengan produksi tahunan mencapai 300 ton MKP. Perum Perhutani mengelola kayu putih seluas 17.826,1 ha yang terdapat di beberapa wilayah KPH yaitu :  KPH Gundih, KPH Telawa, KPH Banyumas Barat, KPH Surakarta, KPH Madiun, KPH Pasuruan, KPH Mojokerto, KPH Tuban, KPH Madura, KPH Nganjuk, KPH Indramayu, KPH Purwakarta dan KPH Kuningan.
Produksi daun kayu putih Perhutani pada tahun 2011 di Perum Perhutani sebesar 37.310 ton dan diperoleh MKP sebesar  265.706  kg,  sehingga secara umum rata-rata  rendemen MKP 0,71 % (Statistik Perum perhutani, 2011). Kebutuhan nasional MKP sebesar 1.500 ton, sedangkan produksi MKP di Indonesia sekitar 300 ton, kekurangan produksi MKP tersebut dipenuhi melalui import yang sebagian besar dari Cina (Anto Rimbawanto, komunikasi pribadi, 2014).
Salah satu upaya meningkatkan produksi kayu putih di Perum Perhutani adalah melalui program pemuliaan pohon. Rangkaian kegiatan pemuliaan pohon perlu dilakukan evaluasi untuk mendapatkan  strategis selanjutnya.
Program pemuliaan pohon kayu putih di Perum Perhutani dirintis bekerjasama Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Yogyakarta pada tahun 2000 dengan membangun Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) di Madiun, Gundih dan Cepu.

II. Strategi pemuliaan kayu putih
Strategi pemuliaan kayu putih yang telah dimulai secara kontinyu tahun 2000 dengan tujuan akhir adalah peningkatan produktivitas hutan kayu putih. Kegiatan pemuliaan pohon memerlukan waktu yang lama sehingga setiap periodik perlu dilakukan evaluasi dan monitoring untuk menyimpulkan (hasil sementara) dan langkah strategis selanjutnya.
Mengingat pemuliaan pohon perlu waktu yang panjang, untuk mempercepat memperoleh hasil pemuliaan maka rencana kegiatan pemuliaan pohon dibagi menjadi 3  yaitu  rencana jangka pendek, rencana jangka pmenegah dan rencana jangka panjang.
1.        Rencana Jangka Pendek.
Kegiatan jangka pendek untuk mempercepat program pemuliaan kayu putih yaitu:
-       Memanfaatkan benih/bibit berasal dari : KBUK Madiun-Cepu, KBK, dan kebun pangkas.
-       Membuat demplot berbagai asal sumber benih yaitu sumber benih dari Puslitbang (KBK, KBUK, dan Kebun Pangkas ) dan sumber benih dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Purwobinangun (KBUK full-sib, KBK, KBUK F2,KBUK  F1 Paliyan).

2.        Rencana Jangka Menengah.
Kegiatan jangka menengah untuk mempercepat program pemuliaan kayu putih yaitu membuat kebun benih produksi. Pembangunan ini dilakukan setelah diketahui sumber benih yang terbaik dari demplot sumber benih pada rencana jangka pendek.

3.        Rencana Jangka Panjang.
Kegiatan jangka panjang untuk mempercepat program pemuliaan kayu putih yaitu penyerbukan terkendali, uji keturunan full-sib, KBK terseleksi, kebun pangkas dan infusi genetik.

III. Hasil Pemuliaan Kayu Putih
1.    Distribusi benih unggul untuk tanaman rutin kayu putih
Distribusi benih kayu putih dari Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) untuk tanaman rutin di KPH sejak tahun 2007 sebanyak 6 kg/tahun.
Strategi untuk pengunduhan benih kayu putih mulai tahun 2012 dipilih individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol di atas 50 %.
2.    Kebun Pangkas Kayu Putih
Kebun pangkas dibangun untuk menyediakan bahan stek pucuk. Pembangunan kebun pangkas kayu putih diarahkan pada individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 %. Indukan untuk kebun pangkas sebanyak 84 klon terpilih.
3.    Kebun Benih Klonal (KBK)
Pembangunan KBK menggunakan materi genetik yang berasal dari bagian vegetatif (stek pucuk) individu-individu terseleksi dari KBUK. Pada tahun 2015 diperkirakan sudah mulai produksi benih dari KBK.

4.    Uji Klon
Uji klon untuk menguji klon-klon untuk mendapatkan rendemen MKP dan kadar cineol tinggi. Hasil uji klon diperoleh biomasa pada pemangkasan pertama mendapatkan 12-19  kg daun kayu putih pada umur 2,5 tahun.

5.    Produksi bibit stek pucuk klon unggul kayu putih
-          Tahun 2013 telah memproduksi stek pucuk kayu putih sebanyak 40.000 plances.
-          Tahun 2014 direncanakan memproduksi stek pucuk kayu putih sebanyak 65.000 plances, dan bila dioptimalkan dapat mencapai 120.000 plances.
-          Tahun 2015 dapat memproduksi stek pucuk kayu putih sebanyak 500.000 plances.


6.    Perhutanan Klon
Penerapan hasil uji (genetika, lingkungan, silvikultur, dan sosial ekonomi masyarakat) sehingga diharapkan menghasilkan hutan yang produktif.

IV. PENANAMAN KAYU PUTIH SKALA OPERASIONAL

1.    Pembangunan kebun pangkas di KPH-KPH
Klon kayu putih yang akan dikembangkan untuk kebun pangkas yaitu klon dengan biomasa pangkas pertama di atas 12 kg, rendemen di atas 1,0 %.
Setiap kebun pangkas akan ditanam 7-25 klon terbaik, setiap klon 50 ramet.

2.    Penanaman kayu putih unggul
Penanaman rutin KPH saat ini menggunakan benih dari KBUK, namun setelah KBK dan kebun pangkas sudah produksi dapat digunakan sebagai sumber benih.

3.    Analisa produksi klon kayu putih.
Analisa produksi daun kayu putih diambil dari dua sumber materi yaitu dari plot perhutanan klon kayu putih dan tanaman rutin KPH Mojokerto. Hasil uji biomassa daun kayu putih pada perhutanan klon umur 2,5 tahun dimana bibitnya berasal dari stek pucuk, pada pemanenan pertama rata-rata 15 kg/pohon sedangkan tanaman rutin KPH berasal dari bibit local (benih sembarang) sebesar 7 kg/pohon. Hasil uji rendemen minyak kayu putih asal klon unggul sebesar 1% dan asal lokal sebesar 0,59 %. Untuk mengetahui besarnya perolehan daun kayu putih sebagaimana tersaji dalam tabel 1.









Tabel 1. Perbandingan produksi minyak kayu putih antara bibit dari stek pucuk klon unggul dan benih sembarang.
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan klon unggul akan meningkatkan produksi biomasa daun kayu putih, rendemen sehingga produksi minyak kayu putih tiap hektarnya meningkat dari 45,4 kg mkp menjadi 165 mkp.

Kesimpulan
Hasil yang dicapai program pemuliaan kayu putih di Perhutani adalah :
1.        Produksi benih kayu putih dari Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) untuk tanaman rutin di KPH sejak tahun 2007 sebanyak 6 kg/tahun. Mulai tahun 2012 dipilih individu-individu yang mempunyai rendemen minyak kayu putih lebih dari 0,8 % dan berkadar cineol di atas 50 %.
2.        Hasil uji klon diperoleh biomasa pada pemangkasan pertama mendapatkan 12-19  kg daun kayu putih pada umur 2,5 tahun.
3.        Penggunaan klon unggul akan meningkatkan produksi biomasa daun kayu putih, rendemen sehingga produksi minyak kayu putih tiap hektarnya (contoh jarak tanam 3 x 3 m) meningkat dari 45,4 kg mkp menjadi 165 mkp.